Bonus Demografi

BONUS DEMOGRAFI

Bonus Demografi adalah suatu kondisi dimana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) di suatu wilayah lebih besar dari jumlah penduduk tidak produktif (kurang dari 14 tahun dan diatas 65 tahun). Artinya bahwa proporsi penduduk yang produktif (yang bekerja/angkatan kerja) lebih besar dari yang tidak produktif (tidak bekerja), sehingga tingkat kebergantungan penduduk tidak produktif kepada penduduk yang produktif menjadi kecil. Dalam kata lain, Bonus Demografi dapat diartikan sebagai terjadinya ledakan penduduk usia kerja dalam struktur umur masyarakat di suatu wilayah.


Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memproyeksikan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 mendatang berjumlah 305,6 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 28,6 persen dari tahun 2010 yang sebesar 237,6 juta jiwa.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas Armida S Alisjahbana mengatakan, meningkatnya jumlah penduduk pada tahun 2035 tersebut menyebabkan Indonesia menjadi negara kelima dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.

Meski begitu, peningkatan jumlah penduduk Indonesia tersebut dibarengi dengan meningkatnya penduduk berusia produktif (usia 15 tahun sampai 65 tahun). Menurut Armida, Indonesia telah memasuki bonus demografi (rasio ketergantungan terhadap penduduk tak produktif) sejak tahun 2012, yakni 49,6 persen. Atas dasar itu, penduduk Indonesia yang produktif lebih banyak daripada penduduk yang tak produktif.


Pada tahun 2010, proporsi penduduk usia produktif adalah sebesar 66,5 persen. Proporsi ini terus meningkat mencapai 68,1 persen pada tahun 2028 sampai tahun 2031. Meningkatnya jumlah penduduk usia produktif menyebabkan menurunnya angka ketergantungan, yaitu jumlah penduduk usia tidak produktif yang ditanggung oleh 100 orang penduduk usia produktif dari 50,5 persen pada tahun 2010 menjadi 46,9 persen pada periode 2028-2031. Tetapi angka ketergantungan ini mulai naik kembali menjadi 47,3 persen pada tahun 2035.


SOLUSI :


Langkah pertama yang perlu dilakukan oleh pemerintah yakni, bagaimana menekan pertumbuhan penduduk tanpa henti dengan berbagai program . Pasalnya apabila rasio penduduk produktif dan tidak produktif menurun, sementara jumlah penduduk jika dikalikan akan terus bertambah, tentu rasio  nilai Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) Indonesia bakal tetap tinggi. Pada 2013 saja Indonesia berada di peringkat 111 dari 188 negara yang dihitung oleh United Nations Development Programme (UNDP).

Langkah selanjutnya bagaimana Pemerintah bisa mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) angkatan kerja yang tangguh dengan memperhatikan benar sektor pendidikan dan kesehatan, agar bisa diserap dari lapangan kerja yang tersedia. Jangan sampai tenaga kerja Indonesia kalah bersaing dengan negara lain ditengah persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).


Seterusnya,bagaimana penduduk Indonesia cintailah produksi dalam negeri.Belajar dari Jepang dan Korea Selatan, mereka sangat mencintai produksi dalam negeri hingga dapat menyerap hasil produksi dan menciptakan lapangan kerja. Apalagi Indonesia mempunyai pangsa yang sangat besar, dengan jumlah konsumen mencapai lebih dari 250 juta jiwa


Ada baiknya bangsa ini belajar dari negara lain yang gagal memanfaatkan bonus demografi. Jangan sampai  Indonesia turut bergabung  menyusul Afrika Selatan karena kemiskinan akut membelit negara itu, dan Brazil sebagai negara yang gagal memanfaatkan bonus demografi karena kurang perencanaan.

Mestinya kita belajar dari Korea Selatan. Mereka berhasil memanfaatkan bonus demografi. Padahal kalau kilas balik sejarah, kondisi mereka tidak berbeda jauh dari Indonesia.Korea Selatan merdeka hanya selisih beberapa hari.  Selain itu, mereka juga baru bangkit dari perang saudara dengan Korea Utara.


Namun pada saat ini perkembangan dan kemajuan Korea Selatan lebih tinggi dibandingkan Indonesia, baik itu tentang kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. Kuncinya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kerja keras.


Negara yang gagal sejak awal memang kurang perencaaan.   Sebaliknya Korea dan Jepang jauh-jauh hari sudah mempersiapkan sdm-nya menghadapi bonus demografi.  Laju bonus demografi juga akan berimbas pada sektor-sektor lain baik positif atau negatif seperti perumahan, keamanan, kecukupan pangan, dan penataan wilayah.

Credit :



Komentar

Postingan Populer